Sejarah Aromaterapi dalam Perubatan Alternatif dan Peradaban Islam
Oleh: Prof. Dr. Mohamad Khalid Sabran
( Ph.D Alternative Medicines ) IBAM
Sumber: https://aurasuccess.wordpress.com
Jika dunia Barat baru mengenal dan mengembangkan aromaterapi
pada awal abad ke-20 M, peradaban Islam telah mengembangkannya 13 abad lebih
awal. Sebelum kimiawan berkebangsaan Prancis, Rene-Maurice Gattefosse
memperkenalkan aromaterapi di Eropah pada 1920-an, para doctor dan kimiawan
Muslim seperti al-Kindi, Jabir Ibnu Hayyan serta Ibnu Sina telah mengembangkan
metode perubatan ini pada abad ke-7 M.
Aromaterapi merupakan istilah generik bagi salah satu jenis
perubatan alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah
menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan senyawa aromatik lainnya dari
tumbuhan. Aromaterapi bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati atau kesihatan
seseorang, yang sering digabungkan dengan praktik perubatan alternatif.
Sejarahnya , peradaban manusia telah mengenal aromaterapi sejak
6000 tahun yang silam. Namun telah dikaji secara sainstifik oleh ahli
kimia dan doktor Muslim. Semasa zaman kekhalifahan, teknologi
pembuatan minyak esensial dan perubatan dengan aromaterapi berkembang
sangat pesat. Nabi Muhammad SAW yang hidup sekitar abad keenam dan
ketujuh Masehi pun memiliki kecintaan terhadap aroma. Berdasarkan catatan
sejarah, pada abad ke-7 M, para ahli kimia Arab berupaya mencari “saripati”
dari tanaman. Pada abad ke-9 M, ahli kimia Muslim bernama Yakub al-Kindi
(803-870 M) dalam bukunya bertajuk Perfume Chemistry and Distillation telah
mampu menciptakan beranika jenis minyak esensial.
Ahli kimia Muslim lainnya, yakni Jabir Ibnu Hayyan Alias Geber
juga telah mampu menciptakan teknologi penyulingan minyak esensial dari
beranika tumbuhan dan bunga. Semua penemuannya itu dituliskannya dalam
Summa Perfectionis. Dalam kitab itu, Jabir menjelaskan teknologi
penyuling an ciptaannya dalam beberapa bab.
Zaman Sains Barat, Marlene Ericksen dalam karyanya
bertajuk Healing with Aromatherapy mengakui peradaban Islam sebagai pelopor dan
perintis aromaterapi moden . Menurut Ericksen, penyulingan wap air pertama kali
ditemukan dokter Muslim bernama Ibnu Sina (980 M-1037 M).
Ibnu Sina, menurut Ericksen, telah menggunakan penyulingan
wap air itu untuk membuat minyak esensial yang digunakan untuk merawat
pesakitnya. . Menurut dia, metode perubatan ini kemudian dikenal sebagai
aromaterapi. “Ibnu Sina pun digelar sebagai orang pertama yang
memperkenalkan aromaterapi,” kata Ericksen.
Hal senada juga diungkapkan Stanley Finger dalam karyanya
bertajuk Origins of Neuroscience: A History of Explorations Into Brain
Function, bahwa penyuling an uap air pertama kali ditemukan dokter Muslim
bernama Ibnu Sina (980 M-1037 M).
Ibnu Sina juga dikenal sebagai orang pertama yang membuat
perkakas penyulingan untuk minyak esensial. Dia menciptakan suatu sistem
pipa melingkar, yang menghasilkan wap air tanaman dan wap p nas menjadi dingin
yang lebih efektif, sehingga pati essensial minyak dapat diambil.
Dalam karyanya yang sangat monumental, “Al-Qanun fi’l Tibb “
atau Canon of Medicine, Ibnu Sina menjelaskan minyak esensial dan
aromatik tumbuh-tumbuhan dapat digunakan secara ekstensif dalam praktik aromaterapi.
Kitab Canon of Medicine juga merupakan salah satu dari ratusan buku kedoktoran
yang secara khusus membahas mengenai air mawar.
Menurut ramai pengkaji , Ibnu Sina telah berjasa dan
berkontribusi besar dalam meletakkan dasar-dasar pengembangan proses kimia
seperti penyaringan, penyulingan, sublimasi, dan proses pengapuran. Ia
disebutsebut sebagai penemu prosedur penyulingan dari bunga menjadi minyak
esensial. Salah satu bunga pertama yang disuling menjadi minyak adalah mawar.
Penyulingan wap yang ditemukan Ibnu Sina kemudian digunakan pada
aromaterapi dan industri wangi-wangian. Penemuan wap penyulingan memberikan
kontribusi yang signifikan untuk pengembangan wangiwangian. Teknologi distilasi
uap yang ditemukan para ilmuwan Islam di era keemasan sangat mempengaruhi
industri wangiwangian di Barat dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
kimia.
Pada abad ke-13 M, seorang doktor Muslim bernama al-Samarqandi
juga mengembangkan perawatan dengan wewangian atau aroma. Dalam risalah
yang ditulisnya, ia membahas tentang aneka aromaterapi berupa mandian
aromatik, serbuk aromaterapi, wap panas dengan wewangian dari aneka
bunga-bunga. Al-Samarqandi melakukan terapi aroma untuk menyembuhkan infeksi
telinga dan sinus. Aromaterapi juga menjana semangat atau aura seseorang,
mencerdaskan minda, memberikan ketenangan minda, memberikan kesegaran dan
keselesaan tubuh badan seharian.. Dr. Khalid Sabran ( Ph.D
Alternative Medicines )