S

S

It's Love

It's Love

23 Mei, 2016

Peradaban Islam Yang Terbaik

Sejarah Aromaterapi dalam Perubatan Alternatif dan Peradaban Islam

Oleh: Prof. Dr. Mohamad Khalid Sabran  ( Ph.D Alternative Medicines )  IBAM
Sumber: https://aurasuccess.wordpress.com

Jika dunia Barat baru mengenal dan mengembangkan aromaterapi pada awal abad ke-20 M, peradaban Islam telah mengembangkannya 13 abad lebih awal. Sebelum kimiawan berkebangsaan Prancis, Rene-Maurice Gattefosse memperkenalkan aromaterapi di Eropah pada 1920-an, para doctor dan kimiawan Muslim seperti al-Kindi, Jabir Ibnu Hayyan serta Ibnu Sina telah mengembangkan metode perubatan  ini pada abad ke-7 M.
Aromaterapi merupakan istilah generik bagi salah satu jenis perubatan  alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan. Aromaterapi bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati atau kesihatan seseorang, yang sering digabungkan dengan praktik perubatan alternatif.



Sejarahnya , peradaban manusia telah mengenal aromaterapi sejak 6000 tahun yang silam. Namun telah dikaji secara sainstifik oleh ahli kimia  dan doktor Muslim.  Semasa zaman  kekhalifahan, teknologi pembuatan minyak esensial dan perubatan  dengan aromaterapi berkembang sangat pesat.  Nabi Muhammad SAW yang hidup sekitar abad keenam dan ketujuh Masehi pun memiliki kecintaan terhadap aroma. Berdasarkan catatan sejarah, pada abad ke-7 M, para ahli kimia Arab berupaya mencari “saripati” dari tanaman. Pada abad ke-9 M, ahli kimia Muslim bernama Yakub al-Kindi (803-870 M) dalam bukunya bertajuk Perfume Chemistry and Distillation telah mampu menciptakan beranika  jenis minyak esensial.
Ahli kimia Muslim lainnya, yakni Jabir Ibnu Hayyan Alias Geber juga telah mampu menciptakan teknologi penyulingan minyak esensial dari beranika  tumbuhan dan bunga. Semua penemuannya itu dituliskannya dalam Summa Perfectionis.  Dalam kitab itu, Jabir menjelaskan teknologi penyuling an ciptaannya dalam beberapa bab.
Zaman  Sains Barat, Marlene Ericksen dalam karyanya bertajuk Healing with Aromatherapy mengakui peradaban Islam sebagai pelopor dan perintis aromaterapi moden . Menurut Ericksen, penyulingan wap air pertama kali ditemukan dokter Muslim bernama Ibnu Sina (980 M-1037 M).
Ibnu Sina, menurut  Ericksen, telah menggunakan penyulingan wap air itu untuk membuat minyak esensial yang digunakan untuk merawat pesakitnya. . Menurut dia, metode perubatan  ini kemudian dikenal sebagai aromaterapi. “Ibnu Sina pun digelar  sebagai orang pertama yang memperkenalkan aromaterapi,” kata  Ericksen.
Hal senada juga diungkapkan Stanley Finger dalam karyanya bertajuk Origins of Neuroscience: A History of Explorations Into Brain Function, bahwa penyuling an uap air pertama kali ditemukan dokter Muslim bernama Ibnu Sina (980 M-1037 M).
Ibnu Sina juga dikenal sebagai orang pertama yang membuat perkakas  penyulingan untuk minyak esensial. Dia menciptakan suatu sistem pipa melingkar, yang menghasilkan wap air tanaman dan wap p nas menjadi dingin yang lebih efektif, sehingga pati  essensial minyak dapat diambil.  Dalam karyanya yang sangat monumental,  “Al-Qanun fi’l Tibb “  atau Canon of Medicine, Ibnu Sina menjelaskan minyak esensial dan aromatik tumbuh-tumbuhan dapat digunakan secara ekstensif dalam praktik aromaterapi. Kitab Canon of Medicine juga merupakan salah satu dari ratusan buku kedoktoran yang secara khusus membahas mengenai air mawar.
Menurut ramai pengkaji , Ibnu Sina telah berjasa dan berkontribusi besar dalam meletakkan dasar-dasar pengembangan proses kimia seperti penyaringan, penyulingan, sublimasi, dan proses pengapuran. Ia disebutsebut sebagai penemu prosedur penyulingan dari bunga menjadi minyak esensial. Salah satu bunga pertama yang disuling menjadi minyak adalah mawar.
Penyulingan wap yang ditemukan Ibnu Sina kemudian digunakan pada aromaterapi dan industri wangi-wangian. Penemuan wap penyulingan memberikan kontribusi yang signifikan untuk pengembangan wangiwangian. Teknologi distilasi uap yang ditemukan para ilmuwan Islam di era keemasan sangat mempengaruhi industri wangiwangian di Barat dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya kimia.
Pada abad ke-13 M, seorang doktor Muslim bernama al-Samarqandi juga mengembangkan perawatan  dengan wewangian atau aroma. Dalam risalah yang ditulisnya, ia membahas tentang aneka aromaterapi berupa mandian  aromatik, serbuk aromaterapi, wap panas dengan wewangian dari aneka bunga-bunga. Al-Samarqandi melakukan terapi aroma untuk menyembuhkan infeksi telinga dan sinus.  Aromaterapi juga menjana semangat atau aura seseorang, mencerdaskan minda, memberikan ketenangan minda, memberikan kesegaran dan keselesaan tubuh badan seharian..   Dr. Khalid Sabran ( Ph.D Alternative Medicines )